Ns. Lukman, S.Kep.,M.M
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh: Fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Beck, William dan Rawlin dalam Keliat, 1998). Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang terhadap diri sendiri. Konsep diri bisa bersifat physic, psikis dan sosial (Agussyafii, 2008). Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart dan Sundeen,1998).
Menurut Jacinta F. Rini konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan, penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep negatip jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, dan kehilangan daya tarik terhadap hidup (Rini, 2008).Adi W Gunawa berpendapat bahwa konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-instal akan masuk dipikiran bawa sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil. Demikian pula sebaliknya (Gunawa, 2008).
Secara umum konsep diri ini adalah semua tanda, keyakinan, dan pendirian yang merupakan suatu pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide, dan tujuan (Hidayat. Alimul, 2006).
Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri termasuk bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan seseorang. Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamannya dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia diluar dirinya. Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau pengharapan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadian seseorang.
Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman.
Karakter individu dengan konsep diri yang positif (Sabri ALisuf, 1998):
1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan gampang bersahabat.
2. Mampu berpikir dan membuat keputusan.
3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan.
Karakter individu dengan konsep diri yang negatif (Sabri Alisuf, 1998):
1. Rasa rendah diri.
2. Kurang mampu menyesuaikan diri dengan orang lain dalam segala hal yang dihadapi dalam hidup ini.
3. kurang mampu membuat keputusan.
Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stressor, dengan adanya stressor akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri. Dalam usaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) ataupun koping yang bersifat merusak (destruktif). Koping individu yang konstruktif akan menghasilkan aktualisasi diri dan konsep diri yang positif. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif. Konsep diri terdiri dari 5 komponen, yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri.
Gambaran diri
Gambaran atau citra diri (body image) mencakup sikap individu terhadap dirinya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan, dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau penampilan fisik yang sesungguhnya. Beberapa kelainan citra diri memiliki akar psikologis yang dalam.Citra diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan aspek-aspek konsep diri lainnya (Hidayat. Alimul. A, 2006).
Gambaran diri merupakan cetak biru yang dengan tepat menentukan perilaku kita, orang-orang yang bergaul dengan kita, apa yang kita usahakan dan apa yang kita hindari (Matthews, 2003). Faktor predisposisi gangguan gambaran diri:
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit).
3) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
4) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi, transplantasi.
Ideal Diri
Ideal diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi (Stuart dan Sundeen, 1998). Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas. Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuanya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental (Suliswati et al, 2005).
Harga diri
Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya menganalisis kesesuaian antara perilaku dan idel diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat. Alimul. A, 2006).
Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu menerima keberadaan dirinya. Hal ini didapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal kelebihan dirinya. Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya tantangan baru sehubungan dengan pensiun, ketidakmampuan fisik, berpisah dari anak, kehilangan pasangan (Suliswati et al, 2005).
Faktor predisposisi gangguan harga diri:
1) Penolakan dari orang lain.
2) Kurang penghargaan.
3) Pola asuh yang salah: terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten.
4) Persaingan antar-saudara.
5) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
6) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
Peran diri
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat terpenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi harapan atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang (Hidayat. Alimul. A, 2006).Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada setiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Faktor yang memengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran (Suliswati et al, 2005):
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2) Tanggapan yang konsisten dari orang orang yang berarti terhadap perannya.
3) Kecocokan dan keseimbangan antar-peran yang diembannya.
4) Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku
5) Pemisahan situasi yang menciptakan penampilan peran
Faktor predisposisi gangguan peran diri adalah:
1) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat-sakit.
2) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
3) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran
yang sesuai.
4) Peran yang terlalu banyak.
Identitas diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas diri mencakup konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain. Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seseorang dari orang lain mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang lain. Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan mencakup orientasi seksualitas (Hidayat. Alimul A, 2006).Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
Ciri individu dengan identitas diri yang bersifat positif :
1) Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain.
2) Mengakui jenis kelamin sendiri.
3) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan .
4) Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
6) Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan.
Ciri-ciri individu yang mempunyai kepribadian sehat:
1) Citra tubuh positif dan akurat. Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri
termasuk
persepsi saat ini dan yang lalu akan diri sendiri serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh.
2) Ideal diri realistis
Individu yang mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
3) Harga diri tinggi
Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat.
4) Penampilan peran memuaskan
Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan.
Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
5) Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
Faktor predisposisi gangguan dentitas diri:
1) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
2) Tekanan dari teman sebaya.
3) Perubahan struktur sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar