Pendahuluan
Pruritus berasal dari kata Prurire: gatal; rasa gatal; berbagai macam keadaan yang ditandai oleh rasa gatal (Kamus Kedokteran Dorland.1996). Djuanda A, dkk (1993), mengemukakan pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Berdasarkan dua pendapat di atas, pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea (Sher,1992). Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologic. Keadaan tersebut menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang berat mengganggun penampilan pasien. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial atau pruritus sine materia. Pruritus psikologik, merupakan respon garukan lebih kecil dari derajat gatal subyektif. Sedangkan pruritus perianal terjadi akibat partikel feses yang terjepit dalam lipatan perianal atau melekat pada rambut anus, kerusakan kulit karena garukan, keadaan basah dan penurunan resitensi kulit disebabkan terapi kortikosteroid atau antibiotik. Penyebab lain pruritus perianal adalah: skabies, hemoroid (lesi lokal)infeksi jamur/kandida, infeksi cacing, penyakit DM, anemia, kahamilan.
Garukan menyebabkan inflamasi sel dan pelepasan histamin oleh ujung saraf yang mempercepat rasa pruritus (garuk menyebabkan inflamasi, inflamasi merangsang pelepasan histamin, gatal bertambah dorongan menggaruk meningkat, dan seterusnya "lingkaran setan prritus). Pruritus dapat menjadi petunjuk pertama kelainan sistemik internal seperti DM (karena: hiperglikemi, iritabilitas ujung saraf, dan kelainan metabolik kulit), kelainan darah, kanker (berasal dari sistem limforetikuler, seperti penyakit Hodgkin).
Beberapa preparat oral menimbulkan pruritus seperti aspirin, antibiotik, hormon, morpin/kokain. Pada lansia pruritus disebabkan oleh kulit kering. Efek sekunder pruritus adalah ekskoriasi, kemerahan, bidur (kulit menonjol), infeksi, dan perubahan pigmentasi. Pruritus pada malam lebih intensif dari pruritus pada sianga hari, akibatnya minimnya distraktor pada malam hari. Sebaliknya pada siang hari banyak distraktor yang mengalihkan perasaan gatal, seperti pekerjaan, hiburan dan sebagainya.
Gangguan Sistemik yang disertai Pruritus Menyeluruh
Renal Penyakit ginjal kronik Penyakit Obstruksi Billier Sirosiss bilier primer Obstruksi bilier ekstrahepatik Kolestasis intrahepatik pada Kehamilan Kolestasis karena obat Gangguan Psikiatrik Stres emosional Gangguan mieloprolifertaif Penyakit Hodgkin Limfoma Leukemia Multipel mieloma Mikosis fungoides Endokrin Tirotoksikosis Hipotiroidisme DM Sindrom karsinoid
| Hematopoietik Anemia defisiensi zat besi Polisitemia vera Malignansi Viseral Karsinoma mammae Karsinoma lambung Karsinoma Paru Kelainan neurologik Multipel sklerosis Abses otak Tumor otak Infestasi Skabies Trikinosis Pedikulosis korporis Onkoserkiasis
|
Penatalaksanaan
a. Anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang sempurna tentang riwayat alergi, demam, riwayat minum obat, penggantian kosmetik ,udara panas, kering atau sprei/selimut yang menyebabkan iritasi.
b. Lakukan kompres dingin seperti es batu, bedak dingin yang mengandung mentol, bila keluhan pruritus masih berlanjut, perlu pemeriksaan pruritus akibat masalah sistemik.
c. Gunakan Alpha-Keri, Lubath (bath oil) yang mengandung surfaktan dan membuat minyak bercampur dengan air rendaman untuk membersihkan kulit.
d. Pada lansia hindari penambahan minyak karena resiko tergelincir.
e. Preparat kortikosteroid topikal bermanfaat sebagai obat anti-inflamasi untuk mengurangi rasa gatal.
f. Antihistamin spt difenhidramin (Benadryl), efektif menghasilkan tidur nyenyak, sedangkan antihistamin nonsedasi seperti terfenadin (seldane) baik untuk menghilangkan pruritus pada siang hari. Sementara antihistamin trisiklik seperti doksepin (sinequen) untuk pruritus akibat nueropsikogen.
Intervensi Keperawatan
a. Perawat harus menegaskan kembali alasan program terapi dan masalah spesifik yang dialami klien.
b. Jika mandi rendam, ingatkan gunakan air suam-suam kuku dan mengibaskan air yang berlebihan, keringkan daerah lipatan menggunakan handuk dengan cara ditekan-tekan.
c. Menggosok kulit kuat-kuat dengan handuk harus dihindari, karena overstimulasi kulit yang akan menambah rasa gatal dan menghilangkan air dari stratum korneum.
d. Segera lumasi dengan preparat emolien yang akan mempertahankan kelembaban kulit setelah mandi.
e. Beritahu klien untuk menghindari situasi penyebab vasodilatasi seperti kontak udara lingkungan panas, pemakaian alkohol,makan-minum panas yang dapat memicu peningkatan rasa gatal (Sher.1992).
f. Aktivitas yang menimbulkan perspirasi harus dibatasi, karena keringat dapat menimbulkan iritasi dan meningkatkan rasa gatal menyeluruh.
g. Lebih baik menggunakan pakaian dari katun daripada bahan sintetik. Jaga kamar tidur tetap sejuk, hindari menggaruk kuat-kuat dan kuku selalu pendek untuk menghindari infeksi.
h. Bila perlu lakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan penyebab pruritus dan jelaskan prosedur dan hasil yg diharapkan.
Pendidikan Kesehatan
a. Higiene yang baik, hentikan konsumsi obat bebas.
b. Bilas daerah perianal dengan air hangat kuku kemudian dikeringkan dengan kapas, atau menggunakan tissu yang sudah dibasahi untuk membersihkan bekas defekasi.
c. Hindari mandi rendam dalam air yang terlalu panas dan tidak memakai larutan busa sabun, natrium biakrbonat,sabun deterjen, karena akan memperburuk kekeringan kulit.
d. Hindari pakaian dalam dari bahan sintetik, supaya kulit tetap kering.
e. Hindari anestesi lokal karena efek elergen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar