Christine Bradway; Elizabeth Miller; Amy Heivly; Irene Fleshner
Abstract
Sumber: Published by: Urol Nurs. 2010;30(2):121-129.
Satu hal yang pasti dalam KEHIDUPAN adalah KEMATIAN.Diyakini 100% setelah KEMATIAN ada KEHIDUPAN yang ABADI. Agar kehidupan AKHIRAT BAIK, mari jadikan diri kita bermakna bagi UMMAT. Semoga BLOG ini bermanfaat bagi KEPERAWATAN INDONESIA. Insaallah AMIN
Christine Bradway; Elizabeth Miller; Amy Heivly; Irene Fleshner
Sumber: Published by: Urol Nurs. 2010;30(2):121-129.
Oleh: AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Beruntunglah jika memiliki sifat pemalu. Sebuah studi mengungkap hubungan antara kepribadian dengan sistem metabolisme, yang menyebabkan sifat pemalu bisa hidup lebih lama.
Dikutip dari Topnews, Senin (24/5/2010), ilmuwan menggunakan data yang diperoleh dengan membandingkan berbagai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Dalam menangkarkan ras anjing, tanpa sadar manusia telah melakukan eksperimen tentang kepribadian. Pemilihan ras untuk ditangkarkan tidak hanya didasarkan pada penampilan fisik, melainkan sifat-sifat anjing termasuk apakah anjing tersebut galak atau tidak.
Sebagai hasil dari penangkaran tersebut, beberapa ras anjing punya tipe kepriabadiannya sendiri misalnya galak, penurut, punya naluri bertarung, dan lain sebagainya. Faktor lain lain seperti umur dan kebutuhan energi tentu saja tidak diperhitungkan saat menangkarkan.
Hasil yang didapatkan menunjukkan hubungan yang cukup signifikan. Ras anjing yang memiliki sifat penurut dapat hidup lebih lama dibanding anjing nakal. Demikian juga anjing yang agresif atau galak, ternyata memiliki konsumsi energi lebih banyak yang membuatnya lebih cepat mati.
"Sulit dibayangkan, kepribadian yang agresif jika tidak diimbangi kecukupan energi dan sistem metabolisme tidak akan bertahan hidup lebih lama," ungkap Careau.
Sifat-sifat anjing itu ada pada sifat manusia. Orang-orang yang penurut misalnya tidak akan mengeluarkan energi berlebihan dibanding orang agresif yang biasanya gampang stres.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The American Naturalist ini dinilai berhasil mengungkap hubungan berbagai aspek krusial terkait umur binatang.
Penelitian berikutnya diharapkan dapat mengungkap tipe kepribadian yang lain dan pengaruhnya bagi usia harapan hidup.
Oleh: Vera Farah Bararah - DetikHealth
Sulit tidur, sering terbangun di malam hari dan sulit tidur lagi, bangun dini hari serta tidak segar saat bangun pagi adalah gejala yang dialami penderita insomnia. Kondisi itu dialami 28 juta orang
Data tersebut berdasarkan riset internasional yang dilakukan US Census Bureau, International Data Base tahun 2004 seperti dilansir daricureresearch, Sabtu (1/5/2010).
Ketika penduduk Indonesia tahun 2004 berjumlah 238,452 juta ada sebanyak 28,053 juta orang Indonesia yang terkena insomnia atau sekitar 11,7%. Data ini hanya berdasarkan indikasi secara umum tidak memperhitungkan faktor genetik, budaya, lingkungan, sosial, ras. Jumlah ini bisa terus bertambah seiring dengan perubahan
Data tersebut diamini oleh DR dr Nurmiati Amir, SpKJ(K) yang mengakui memang sekitar 10 persen dari jumlah penduduk Indonesia mengalami kesulitan tidur. Ukuran normal untuk orang dewasa tidur adalah 6-7 jam. Tapi penderita insomnia kebanyakan tidur hanya 3-4 jam saja.
"Insomnia adalah salah satu kondisi medik yang sering ditemui namun tidak terdiagnosis sehingga tidak terobati dengan baik," kata DR Nurmiati dalam acara konferensi pers Tatalaksana Komprehensif Insomnia di hotel
Padahal lanjut DR Nurmiati, jika kondisi ini terus saja dibiarkan dapat menurunkan kualitas hidupnya hingga berdampak memicu kecelakaan. Maka itu dibutuhkan terapi perilaku dan obat untuk menangani insomnia.
DR Nurmiati menambahkan ada tiga tipe dari insomnia, yaitu:
1. Insomnia transien, yaitu kesulitan tidur yang berlangsung kurang dari seminggu dan disebabkan oleh stres akut, perubahan jam kerja atau jet lag.
2. Insomnia jangka pendek, yaitu kesulitan tidur yang berlangsung selama 1-4 minggu dan disebabkan oleh stres terus menerus, penyakit akut atau obat-obatan tertentu.
3. Insomnia kronik, yaitu kesulitan tidur yang berlangsung lebih dari sebulan dan disebabkan oleh adanya gangguan kimia otak atau hormon serta gangguan psikiatri.
Dampak yang bisa ditimbulkan dari insomnia:
1. Keletihan
2. Meningkatkan risiko kecelakaan
3. Kurangnya produktivitas
4. Terganggunya hubungan sosial karena orang yang insomnia menjadi mudah tersinggung
5. Penurunan kesehatan fisik.
Diagnosa insomnia
Untuk mendiagnosis seseorang terkena insomnia atau tidak adalah menilai pasien secara lengkap baik fisik maupun psikologik. Pemeriksaan fisik meliputi tekanan darah, rematoid artritis, gangguan hormon, kolesterol, kadar gula dan lainnya. Sedangkan pemeriksaan psikologik meliputi depresi, kecemasan, gangguan kepribadian atau lainnya.
"Penyakit fisik atau psikologis yang mendasari insomnia harus diobati terlebih dahulu. Selanjutnya terapi farmakologi, misalnya memberikan obat-obatan yang aman dan efektif serta terapi non-farmakologi seperti cognitive behavioural theraphy (CBT)," ujar dokter dari staf psikiatri RSCM ini.
DR Nurmiati menuturkan terapi non-farmakologi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur adalah:
1. Usahakan untuk bangun pagi secara teratur.
2. Pergi tidur saat sudah mengantuk.
3. Mengurangi tidur siang agar tidak mengganggu tidur malam.
4. Mempersiapkan tidur dengan lebih baik.
5. Menghindari stres emosi dan pekerjaan di tempat tidur.
6. Melakukan latihan relaksasi.
Obat dan psikoterapi diperlukan agar lebih memahami pasien sehingga proses penyembuhan bisa terjadi. Karenanya kombinasi antara farmakologi dengan CBT akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya farmakologi atau CBT saja