Oleh: Ns. Lukman, S.Kep.,MM
Hasil penelitian Mandriani (2008) tentang karakteristik penderita DBD yang mengalami DSS di RSU Dr.Pirngadi Medan adalah kecendrungan kunjungan penderita DBD yang mengalami DSS berdasarkan data perbulan tahun 2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y=—0,028x + 8,8485. Proporsi penderita tertinggi pada kelompok umur 10-14 tahun, dengan proporsi laki-laki 13,5% dan proporsi perempuan 12,5%, agama Islam 52,9%, pendidikan SD/SLTP 42,3%, pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 52,9%, bukan rujukan 61,5%, keluhan Demam 100%, jumlah trombosit pada saat masuk RS 50.000-100.000/mm3 sebesar 45,2%, jumlah trombosit pada saat DBD bermanifestasi menjadi DSS <50.000/mm3 sebesar 51,0%, persentase hematokrit pada saat masuk RS <40% sebesar 63,5%, persentase hematokrit pada saat DBD bermanifestasi menjadi DSS < 40 % sebesar 60,6%, penatalaksanaan medis cairan tunggal (ringer laktat) 89,4%, pulang atas permintaan sendiri 43,9%, lama rawatan rata-rata penderita 5 hari, lama rawatan rata-rata dari DBD menjadi DSS 2 hari. Penderita yang pulang meninggal persentase hematokritnya pada saat masuk RS 240% lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan penderita yang pulang sembuh. (77,8 vs 32,6). Penderita yang pulang meninggal persentase hematokritnya pada saat DBD bermanifestasi menjadi DSS >40% lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan penderita yang pulang sembuh.(77,8% vs 35,8%).
Marini (2009) melakukan penelitian tentang perilaku keluarga dan hasil menunjukkan bahwa keluarga mempunyai tingkat pengetahuan sedang (83,3%) dengan sebagian besar berpendidikan SMA (38,9%). Didapatkan sikap yang paling banyak dari responden termasuk kategori sedang (63,3%) dan tindakan responden terbanyak termasuk dalam kategori sedang (83,3%). Sehingga disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga sedang
Penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2009) mengunakan desain kualitatif dengan metode fenomenologi pada enam keluarga yang pernah dan belum pernah menderita penyakit demam berdarah pada wilayah kerja Puskesmas Medan Johor Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap tentang kegiatan pencegahan penyakit demam berdarah pada kegiatan membersihkan rumah dan lingkungan sekitar rumah serta penggunaan anti nyamuk. Jika ada anggota keluarga yang terkena penyakit ini, maka penyemprotan/fogging dianggap merupakan suatu kegiatan yang dapat mematikan nyamuk penyebab penyakit demam berdarah. Pengetahuan dan sikap keluarga masih dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menghambat keluarga untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Sementara itu, hasil penelitian Cahyani (2008) tentang peran perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD anak rata-rata kategori baik. Berdasarkan pengamatan peran perawat dalam pelaksanaan pengkajian seluruhnya baik, perawat dapat memperhatikan respon klien sehingga masalah yang dihadapi oleh pasien teridentifikasi. Diagnosis seluruhnya baik karena perawat telah melakukan pengkajian mendalam pada pasien maka penyusunan diagnosis dapat optimal, rencana tindakan 91,7% dan tindakan keperawatan 75% cukup masih ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan rencana tindakan dan implementasi pelaksanaan asuhan keperawatan, evaluasi dan dokumentasi 91,7% baik perawat telah memperhatikan hasil tindakan yang telah dilakukan, dengan peran perawat yang professional sesuai standar asuhan keperawatan yang baik mampu membawa perubahan pada pasien.
Terkait dengan faktor lingkungan, kesimpulan hasil penelitian Fathi, Keman, dan Wahyuni (2005), bahwa faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air, baik yang berada di dalam maupun di luar rumah menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue, merupakan faktor yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Dan hasil penelitian Suyasa, Putra dan Aryanta (2009), menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang berhubungan dengan keberadaan vektor DBD adalah kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, keberadaan tempat ibadah, keberadaan pot tanaman hias, keberadaan saluran air hujan dan keberadaan kontainer. Faktor perilaku masyarakat yang berhubungan dengan keberadaan vektor DBD adalah tindakan dan kebiasaan menggantung pakaian.
1 komentar:
daftar pustakanya mana?
Posting Komentar