Sumber: Sripo, Selasa 16 Maret 2010
PALEMBANG--Penyakit gagal ginjal yang menyebabkan seseorang harus menjalani cuci darah, biasanya dipicu radang ginjal dan batu ginjal. Namun belakangan, gagal ginjal disebabkan diabetes (kencing manis) angkanya naik 30 persen. Bahkan di Sumsel, ginjal diabetik berada di urutan ketiga yang menyebabkan para penderita harus masuk ruang hemodialisa (cuci darah) di rumah sakit.
Dr dr H Zulkhair Ali SpPD-KGH sseorang dokter konsultan ginjal dan hipertensi di RSMH Palembang kepada Sripo, Sabtu (13/3) mengatakan, organisasi ginjal internasional yang tergabung dalam ISN (Internasional Society of Nephrology) telah menetapkan 11 Maret sebagai hari ginjal sedunia (World Kidney Day). Setiap tahun diperingati dengan tema yang berbeda-beda. Untuk tahun ini, tema nasional memfokuskan peningkatan kasus ginjal diabetik dengan menhadirkan 200 penderita ginjal hari, Minggu (14/3) di aula RSK Charitas Palembang. Topik ginjal diabetik (ginjal diabetes) saat ini dianggap penyakit epidemik.
"Jumlah kasusnya di Sumsel terus meningkat. Data dari berbagai pusat rujukan Penyakit Ginjal di seluruh rumag sakit dilaporkan 30 persena menderita gagal ginjal diabetik," katanya.
Di Sumsel ada 450 pasien gagal ginjal, pengobatannya hanya berupa hemodialisa (cuci darah) dan transplantasi. Kalau salah satu dari prosedur ini tidak dilakukan maka secara teoretis dipastikan penderitanya pasti meninggal.
Berdasarkan data populasi diabetes dari tahun ke tahun seluruh dunia juga semakin meningkat. Data dari United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) pada tahun 2007, melaporkan bahwa jumlah penderita diabetes di seluruh dunia mencapai 246 juta orang. Jumlah ini terus meningkat. Diperkirakan pada tahun 2025 mencapai 350 juta orang. Persentase peningkatan paling besar terjadi di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. "Meningkatnya populasi diabetes ini, dengan sendirinya akan lebih meningkatkan penderita penyakit ginjal diabetik," katanya.
Diabetes tidak saja menyebabkan penyakit ginjal diabetik yang akan berakhir dengan gagal ginjal, tetapi diabetes juga akan memperburuk fungsi ginjal pada penderita penyakit ginjal oleh karena sebab lain. Kecacatan dan kematian penderita gagal ginjal akibat diabetes, lebih tinggi daripada gagal ginjal oleh karena sebab lain," jelas nya.
Di Jakarta, ungkap Zulkhair Ali, gagal ginjal akibat batu ginjal sudah menurun, sedangkan di Sumsel masih tetap ada dengan posisi kedua dibawa radang ginjal dan diatas diabetes. Kalau sudah terkena gagal ginjal, maka pendeirta harus mengontrol gula darah di bawah 200 gram persen, mengatur pola makanan dan menjaga tekanan darah. "Rajin makan obat dan gaya hidup yang sehat dengan menanggalkan garam, rokok dan protein berlebih," katanya.
Makan Berlebih
Zainuddin (34) seorang PNS di salah instansi di salah satu kabupaten/kota di Sumsel, yang kini mengalami diabetes, ternyata masih bersyukur karena diabetesnya tidak smapai ke ginjal. Namun begitu, ia terus-menarus menjaga gula darahnya stabil. Benar saja, saat Sripo menawarkan minium sirup dengan rasa manis, ia pun menolak dengan harus dan memilih untuk diberikan air putih saja. Lantas ia pun bercerita kenapa ia sampai divonis oleh dokter terkena diabetes.
"Waktu masih sekolah dan kuliah, saya terlalu rakus makan. Kalau makan bakso, dua mangkok baru kenyang. Begitu pun makan nasi selalu tambah sehinga tubuh aku gemuk karena kaya karbohidrat dan malas olahraga. Ternyata kelebihan karbohidrat ini memprduksi gula darah sampai berlebih," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar